Ilmuwan akan dapat mengetahui berapa usia galaksi dan kapan fenomena Big Bang terjadi.
Sebagian besar yang kita ketahui saat ini seputar kelahiran kosmos datang dari pengamatan astronomi. Namun, berhubung pesatnya pertumbuhan alam semesta, astronom di masa depan tidak akan bisa menggunakan metode pengamatan yang sama seperti saat ini.
Dalam satu triliun tahun ke depan, galaksi Bima Sakti kita sudah akan bergabung dengan galaksi Andromeda. Merger antara kedua galaksi ini akan menghasilkan sebuah galaksi raksasa yang mungkin disebut sebagai ‘Milkomeda’.
Galaksi-galaksi tetangga yang lain kemungkinan akan telah lama lenyap dari pandangan kosmologi. Bahkan cosmic microwave background (CMB) yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi benda angkasa kemungkinan sudah tidak lagi terlihat. Lalu, bagaimana para astronom dari galaksi Milkomeda mempelajari kosmologi? Bagaimana mereka mengetahui asal muasal jagat raya?
Menurut sebuah laporan yang dipublikasikan oleh Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, para astronom itu nantinya akan dapat membuka rahasia kosmos dengan mempelajari bintang-bintang pelarian dari galaksi mereka sendiri, atau yang disebut dengan Hypervelocity Stars (HVSs).
Dikutip dari Universe Today, 27 Juni 2011, HVSs berasal dari sistem bintang ganda atau tiga bintang yang berada sedikit terlalu dekat ke lubang hitam super raksasa yang ada di tengah galaksi mereka. Astronom yakin bahwa salah satu bintang dari sistem ini ditangkap oleh black hole, sementara bintang lain diluncurkan ke luar dari galaksi dengan kecepatan yang amat sangat tinggi.
Pelontaran HVSs sendiri sangat jarang terjadi, kemungkinan hanya satu kali setiap 10 ribu hingga 100 ribu tahun dan akan terus terjadi selama beberapa triliun tahun ke depan jika mengingat kepadatan bintang di pusat galaksi.
Jadi, bagaimana HVS membantu astronom masa depan mempelajari asal muasal alam semesta?
Pertama, para ilmuwan perlu menemukan sebuah bintang yang dilontarkan di luar batas gravitasional dari galaksi Milkomeda. Setelah melewati batas tersebut (setelah sekitar 2 miliar tahun perjalanan), akselerasi dari sebuah HVSs akan mengikuti Hubble flow atau 71 kilometer per detik per megaparsec (1 megaParsec = 3.08568025 × 10^22 meter)
Dengan teknologi maju, astronom masa depan bisa memanfaatkan perubahan Doppler dari garis spektral dan menggunakan konstanta kosmologi Einstein serta akselerasi jagat raya secara luas.
Selain itu, ilmuwan juga bisa menggunakan model matematik dari pembentukan dan kehancuran galaksi untuk menentukan kepadatan massa dan usia alam semesta saat Milkomeda terbentuk. Dari pengetahuan yang didapat soal usia galaksi, ilmuwan akan dapat mengetahui kapan Big Bang, atau fenomena yang diyakini sebagai awal mula terbentuknya seluruh alam semesta terjadi.
Sebagian besar yang kita ketahui saat ini seputar kelahiran kosmos datang dari pengamatan astronomi. Namun, berhubung pesatnya pertumbuhan alam semesta, astronom di masa depan tidak akan bisa menggunakan metode pengamatan yang sama seperti saat ini.
Dalam satu triliun tahun ke depan, galaksi Bima Sakti kita sudah akan bergabung dengan galaksi Andromeda. Merger antara kedua galaksi ini akan menghasilkan sebuah galaksi raksasa yang mungkin disebut sebagai ‘Milkomeda’.
Galaksi-galaksi tetangga yang lain kemungkinan akan telah lama lenyap dari pandangan kosmologi. Bahkan cosmic microwave background (CMB) yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi benda angkasa kemungkinan sudah tidak lagi terlihat. Lalu, bagaimana para astronom dari galaksi Milkomeda mempelajari kosmologi? Bagaimana mereka mengetahui asal muasal jagat raya?
Menurut sebuah laporan yang dipublikasikan oleh Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, para astronom itu nantinya akan dapat membuka rahasia kosmos dengan mempelajari bintang-bintang pelarian dari galaksi mereka sendiri, atau yang disebut dengan Hypervelocity Stars (HVSs).
Dikutip dari Universe Today, 27 Juni 2011, HVSs berasal dari sistem bintang ganda atau tiga bintang yang berada sedikit terlalu dekat ke lubang hitam super raksasa yang ada di tengah galaksi mereka. Astronom yakin bahwa salah satu bintang dari sistem ini ditangkap oleh black hole, sementara bintang lain diluncurkan ke luar dari galaksi dengan kecepatan yang amat sangat tinggi.
Pelontaran HVSs sendiri sangat jarang terjadi, kemungkinan hanya satu kali setiap 10 ribu hingga 100 ribu tahun dan akan terus terjadi selama beberapa triliun tahun ke depan jika mengingat kepadatan bintang di pusat galaksi.
Jadi, bagaimana HVS membantu astronom masa depan mempelajari asal muasal alam semesta?
Pertama, para ilmuwan perlu menemukan sebuah bintang yang dilontarkan di luar batas gravitasional dari galaksi Milkomeda. Setelah melewati batas tersebut (setelah sekitar 2 miliar tahun perjalanan), akselerasi dari sebuah HVSs akan mengikuti Hubble flow atau 71 kilometer per detik per megaparsec (1 megaParsec = 3.08568025 × 10^22 meter)
Dengan teknologi maju, astronom masa depan bisa memanfaatkan perubahan Doppler dari garis spektral dan menggunakan konstanta kosmologi Einstein serta akselerasi jagat raya secara luas.
Selain itu, ilmuwan juga bisa menggunakan model matematik dari pembentukan dan kehancuran galaksi untuk menentukan kepadatan massa dan usia alam semesta saat Milkomeda terbentuk. Dari pengetahuan yang didapat soal usia galaksi, ilmuwan akan dapat mengetahui kapan Big Bang, atau fenomena yang diyakini sebagai awal mula terbentuknya seluruh alam semesta terjadi.
0 komentar:
Posting Komentar
Berikan sedikit komentar anda pada blog ini. Komentar anda sangat berarti untuk kemajuan blog ini NO SPAM PLEASE